Duta Nusantara Merdeka | Jakarta
Ruang syiar Dompet Dhuafa melampaui dakwah di atas mimbar, namun mencakup asas pemberdayaan. Dalam upaya mewujudkan konsepsi tersebut, Dompet Dhuafa menggagas program Sekolah Dai untuk melahirkan dai yang mumpuni secara keilmuan dan menunjang nilai kemanusiaan.
“Seorang dai harus menjadi garda terdepan dalam memecahkan persoalan yang ada ditengah masyarakat. Maka perlu membentuk keseimbangan antara kompetensi dalam syiar agama, sekaligus mampu menjawab kebutuhan dasar masyarakat, yaitu pemberdayaan ekonomi maupun pendidikan,” ungkap Hardy Agusman, Koordinator Sekolah Dai Dompet Dhuafa, Senin (26/8).
Di bawah naungan Corps Dai Dompet Dhuafa (Cordofa), program Sekolah Dai akan mulai terlaksana pada bulan Oktober mendatang untuk angkatan pertama yang berlokasi di Depok. Skema pendidikan program tersebut bebasis kurikulum yang mencakup aspek agama, personal development, model pemberdayaan ekonomi, sampai pengembangan keahlian sesuai kebutuhan masyarakat. Sejumlah fasilitas pun telah disiapkan berupa asrama, akomodasi, dan bebas dari pungutan biaya.
“Pelajar Sekolah Dai atau kami menyebutnya Mahasantri akan menempuh pendidikan selama empat bulan dan satu tahun masa pengabdian. Pada masa pengabdian, dai akan berdakwah di daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar),” imbuh Hardy.
Saat ini Dompet Dhuafa mengumumkan secara daring melalui website Cordofa, kata Hardy, Dompet Dhuafa telah membuka kesempatan kepada masyarakat luas untuk bergabung menjadi Mahasantri Sekolah Dai. Pendaftaran akan ditutup pada 15 September 2019, dan calon mahasantri yang lulus berkas akan mengikuti seleksi langsung atau tes tulis serta wawancara pada akhir bulan September.
"Usaha ini semata-mata untuk memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat, khususnya mereka yang berada di kawasan yang luput dari perhatian," tutup Hardy (Arianto)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar