Duta Nusantara Merdeka | Jakarta
Terlepas dari isu bahwa mahasiswa sudah dikalungi kemewahan materi, disumpal setelah dapat undangan Istana, maka biarlah itu semua sebagai isu semata. Benar tidak bukan prestisius kita untuk menolaknya.
Anggota masyarakat mayoritas bertujuan saat menyekolahkan putra putri nya sejak dari SD, SMP, SMA atau sederajat lalu kuliah sampai ke jenjang tertinggi tentu berharap agar menjadi profesional.
"Ada yang keliru dari dunia pendidikan sejak dini, karena tidak melatih anak didik untuk peduli dengan lingkungan sekitar. Mestinya, guru - guru TK, SD dan seterusnya menjelaskan dan memberi contoh, bahwa pendidikan guna mengarahkan sikap individu menjadi sikap sosial." Jelas Sekjen Front Pribumi Hans Suta Widhya, di Jakarta.
Menurut Sekjen Front Pribumi ini, anak didik hanyalah sekedar mengejar selembar kertas yang berkop PTN atau PTS semata-mata. Kemudian bekerja demi mencari uang. Dan bersyukur kalau bisa jadi pejabat tinggi negara dan atau daerah.
Akibatnya, slogan bahwa pemuda menjadi agen - agen perubahan yang lebih baik, jujur, adil dan benar hanya indah diucapkan tapi sulit dilaksanakan. Sehingga akhirnya kita sulit berharap dari keturunan bangsa ini kedepannya jauh lebih baik dari yang ada selama ini. Minimalis mencontoh generasi dari negara Jepang atau Korea.
Mayoritas berpikir dan bertindak sangat sempit, dangkal dan takut tersaingi oleh orang lain. Sehingga materi menjadi ukuran kesuksesan seseorang. Itu sebabnya, budaya korupsi, kolusi dan nepotisme ( KKN ) itu sendiri semakin kuat dan menjamur mulai dari tukang sapu sampai ke tingkat presiden sekalipun.
Karena tidak sanggup bersaing secara fair secara jujur alias tidak memiliki nilai jual yang tinggi. Kejahatan dan kecurangan di segala aspek kehidupan sehari-hari masyarakat atau rakyat semakin kuat dan tumbuh kembang secara subur dan seakan dimaklumi.
"Sejak 7/5, 9/5,10/5, 21/5,22/5 hingga 14/6 anggota Front Pribumi yang berada dalam IKB-UI Peduli Masyarakat pun turun ke jalan menyatakan penolakan kecurangan dan kejahatan demokrasi yang berproses dalam Pemilu 2019 baru lalu."Tambah Hans Suta.
"Kami harap sikap dan tindakan kami mampu menggugah para mahasiswa yang melempem bak Kerupuk Alot untuk turun bergabung di lapangan. Andai dilakukan oleh 6.666 orang mahasiswa saja ini hari, niscaya akan berbiak menjadi 10 kali lipat, atau100 kali lipat, bahkan bisa di atas angka itu. Bila mahasiswa aktif turun, rezim pasti tumbang, "Tutup Hans Suta. **
Tidak ada komentar:
Posting Komentar