Duta Nusantara Merdeka | Jakarta
Ratusan organ pendukung Jokowi-Kyai Ma’ruf Amin yang tergabung dalam ARJ (Aliansi Relawan Jokowi) menggelar aksi pawai mendukung Kepolisian RI, khususnya Kapolri Jenderal Tito Karnavian dalam menindak para perusuh dan kelompok-kelompok yang ingin menciptakan instabilitas nasional, keonaran dan kericuhan.
Para rekawan pro Jokowi tersebut memberikan dukungan moral Kepada POLRI dan Kapolri agar tetap tegar dan terus semangat menuntaskan kasus kerusuhan 21-22 Mei 2019 di Jakarta, serta menangkap para provokator serta otak di belakang aksi kerusuhan tersebut.
Para relawan tersebut menarik Spanduk sepanjang 30 Meter bertuliskan SAVE KAPOLRI – NKRI Harga Mati.
Lisman Hasibuan, Kordinator aksi ARJ menyatakan, seluruh komponen pendukung Jokowi-Kyai Ma’ruf mendukung sepenuhnya Polri dan Kapolri Jenderal Tito Karnavian dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, dan mendukung Polri untuk bersikap tegas menegakkan hukum dan konstitusi, menindak para perusuh dan pelanggar hukum.
ARJ menegaskan mendukung Kapolri Jenderal Tito Karnavian dan jajarannya yang sedang bekerja keras mengungkap pelaku dan dalang kerusuhan di Bawaslu 21 dan 22 Mei 2019. Karena saat ini ada gerakan untuk menjatuhkan Kapolri. Sebagai komponen dan anak bangsa Aliansi Relawan Jokowi mendukung Kapolri mengungkap pelaku dan dalang kerusuhan.
Sementara itu, Kordinator ARJ, Aidil Fitri,S.H., menegaskan,” Aksi Save Polri adalah bentuk dukungan dari kami kepada Polri dan TNI yang mana dalam hal ini Polri lebih di pojokkan, padahal kita tahu polri sudah bertindak sesuai konstitusi.
Saya sebagai kordinator ARJ dan Ketum Foreder mendukung penuh agar Kapolri pak Tito jangan ragu, tetap tegas bahwa apa yang beliau lakukan saat ini sudah benar Yang mau makar harus ditumpas sampai ke akar-akarnya, jangan biarkan tumbuh berkembang anarkisme. Rakyat Indonesia sudah jenuh muak dengan para provokator biang kerusuhan di Jakarta.
TNI dan Polri harus tetap solid dan kuat karena banyak provokator yang mencoba memecah belah antar TNI dan Polri. Bisa dibayangkan apa yang terjadi di tanggal 21 dan 22 Mei itu kalau TNI dan Polri tidak solid?
Karena itu, ini saatnya rakyat bergerak mendukung Polri dan TNI
Jangan ragu segera tangkap dalang kerusuhan 21- 22 Mei 2019!”.
Haidar Alwi, Penanggung Jawab ARJ, menyatakan, ”Melihat kenyataan yang ada saat ini, hati kita menjadi miris ketika melihat segelintir orang yang konon dikatakan sebagai tokoh, namun justru lebih terlihat sebagai provokator jalanan yang tidak berpendidikan.
Menggunakan atau memakai kalimat yang provokatif untuk memberi spirit positif guna memotivasi seseorang agar dapat bangkit dari keterpurukan adalah salah satu dari sekian banyak contoh positif.
Karena, rangkaian kata provokatif itu digunakan atau dipakai untuk saling menguatkan antara satu dengan yang lainnya secara baik dan benar. Tetapi, yang terjadi saat ini justru segelintir orang yang katanya ‘tokoh’ malah merangkai kalimat demi kalimat dengan sengaja untuk memprovokasi orang melakukan tindakan anarkis dan brutal seperti yang terjadi pada kerusuhan ‘ByDesign’ bulan Mei lalu.
Karena, rangkaian kata provokatif itu digunakan atau dipakai untuk saling menguatkan antara satu dengan yang lainnya secara baik dan benar. Tetapi, yang terjadi saat ini justru segelintir orang yang katanya ‘tokoh’ malah merangkai kalimat demi kalimat dengan sengaja untuk memprovokasi orang melakukan tindakan anarkis dan brutal seperti yang terjadi pada kerusuhan ‘ByDesign’ bulan Mei lalu.
Ironisnya, para provokator jalanan ini semakin menunjukkan kebodohannya. Dimana, saat ini mereka berusaha mencuci tangannya dengan mencari kambing hitam atas kerusuhan yang mereka ciptakan.
Salah satunya, mereka menggunakan logika sesaat yang sesat dengan mengkambing hitamkan Kapolri. Dengan tujuan, agar tercipta opini di masyarakat bahwa; aksi anarkis dan brutal pada Mei lalu dipicu oleh tindakan represif aparat kepolisian. Dengan harapan, masyarakat dapat dengan mudah percaya begitu saja. Sehingga, pada akhirnya mereka dapat menggulingkan Presiden RI setelah Kopolri yang tegas melawan intoleransi, radikakisme dan terorisme dicopot dari jabatannya.
Salah satunya, mereka menggunakan logika sesaat yang sesat dengan mengkambing hitamkan Kapolri. Dengan tujuan, agar tercipta opini di masyarakat bahwa; aksi anarkis dan brutal pada Mei lalu dipicu oleh tindakan represif aparat kepolisian. Dengan harapan, masyarakat dapat dengan mudah percaya begitu saja. Sehingga, pada akhirnya mereka dapat menggulingkan Presiden RI setelah Kopolri yang tegas melawan intoleransi, radikakisme dan terorisme dicopot dari jabatannya.
Semua masyarakat sudah mengetahui bahwa; aksi anarkis dan brutal itu bukan dipicu oleh Kapolri beserta jajarannya. Tetapi, rentetan persoalan itu dimulai sejak provokator jalanan ini secara terstruktur, sistematis dan masif mengatakan pemilu curang. Padahal, saat itu pemilunya belum dimulai. Dan, sudah dikatakan curang. Lebih bodohnya lagi, provokator jalanan ini justru berani mengatakan pemilu curang secara terstruktur, sistematis dan masif. Faktanya, provokator jalanan itu sendiri yang secara terstruktur, sismatis dan masif mengkampanyekan pemilu curang.
Oleh karena itu, sangatlah naif jika provokator jalanan itu mengkambing hitamkan Kapolri dari rentetan persoalan yang terjadi karena sebab akibat yang dibuatnya sendiri. Karena, semua peristiwa yang terjadi saat ini adalah sebuah mata rantai pemilu. Dan, tidak bisa dipisahkan begitu saja.
Kalau kita mau bicara obyektif, maka seharusnya kita meminta pertanggung-jawaban Gubernur DKI. Karena, aksi anarkis dan brutal yang berakhir rusuh terjadi diwilayah hukum Provinsi DKI Jakarta. Dan, seharusnya Gubernur DKI Jakarta sudah koordinasi dari awal dengan Polri TNI untuk mengantisipasi para perusuh dari luar kota yang ingin memporak-porandakan DKI Jakarta. Karena, sudah kewajiban Gubernur DKI menjamin keamanan dan kenyamanan warganya.”(Arianto)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar