Duta Nusantara Merdeka | Jakarta
Sepuluh lembaga survei dari Perhimpunan Survei Opini Publik Indonesia (Persepi) serentak membuka data mereka mengenai pelaksanaan hitung cepat pilpres 2019.
Sepuluh lembaga survei itu antara lain Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Cyrus Network, Saiful Mujani Research Center (SMRC), Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Indikator Politik, Populi Center, Charta Politika, Indo Barometer, Poltracking, dan Konsep Indonesia.
Dr. Philips J. Vermonte selaku Ketua Umum Persepi menuturkan, mereka menampilkan data mengenai tempat pemungutan suara tempat mengambil sampel serta bagaimana para pengumpul data dilatih. Mereka juga menampilkan contoh forumulir C1 yang dikumpulkan di lapangan.
Disisi lain, mereka turut menjelaskan bagaimana metodologi pengambilan sampel TPS hingga akhirnya muncul persentase dalam hitung cepat, ujar Philips.
“Melalui ekspose data hari ini teman-teman bisa melihat bagaimana hitung cepat dilakukan,” tandas Philips hari Sabtu, 20 April 2019 di The Icon Room Hotel Morrissey Jalan KH. Wahid Hasyim No.70, Kebon Sirih, Menteng, RT.7/RW.5, Kb. Sirih, Menteng, Kota Jakarta.
Sedangkan Asep Saefudin selaku sekjen Persepi memastikan lembaga survei melaksanakan Quick Count dengan integritas tinggi.
"Buktinya, hari ini mereka berani menunjukkan transparansi datanya. Anda bisa lihat dapur dari tiap lembaga di bawah Persepi yang melaksanakan quick count," tegas Asep.
Menurut Asep, quick count adalah proses metodologi yang menggunakan nalar akademis sehingga bisa dipertanggungjawabkan.
"Quick count ini bukti kemajuan dan modernisasi demokrasi Indonesia. Kita menjadikan ilmu pengetahuan sebagai basis kita berpolitik," tuturnya
Hal senada juga diungkapkan oleh Anggota Dewan Etik Persepsi Hamdi Muluk. Menurutnya, politisi-politisi tidak perlu melontarkan pernyataan menuduh prosedur dan metodologi yang dilakukan lembaga survei sebagai kebohongan.
"Hari ini anggota PERSEPI membuka semua data dan metodologi yang bisa dipertanggungjawabkan, tuduhan-tuduhan yang dilontarkan ke kami justru membuat mereka jadi seperti anti-sains, kan," tutup Hamdi.(Arianto)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar