Duta Nusantara Merdeka | Jakarta
Membangun kesadaran kolektif sesama anak bangsa untuk merawat persatuan kesatuan dan keutuhan bangsa adalah penting dan utama. Narasi dan opini yang membangun optimisme dan cinta tanah air harus digaungkan terus menerus di ruang publik. Bukan sebaliknya, menyebarkan berita sesat maupun horor yang menimbulkan rasa takut serta memupus harapan.
National Character Building Institute (NCBI) menggelar Dialog dan tanya jawab Pesan Kebangsaan Tokoh Masyarakat dan Lintas Agama hari Sabtu, 30 Maret 2019 pukul 08.30 -12.30 wib bertempat di Gedung Dewan Pers (Jakarta Media Center) JI. Kebon Sirih No. 32-34, Gambir, Jakarta dengan sambutan pembukaan oleh Prof. Dr. Hariyono, M. Pd selaku Plt. Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP),dan para pembicara :
- Wisnu Bawa Tenaya selaku Tokoh Masyarakat Hindu,
- Romo Yustisnus Sulistiadi, Pr selaku Founder Gerakan Cultura Di Vita,
- Juliaman Saragih selaku Ketua Pendiri NCBI,
- Gus Soleh Marzuki selaku Ketua Umum Forum Komunikasi Ulama dan Masyarakat (FORKUM),
- Pendeta Darwin Darmawan selaku Gereja Kristen Indonesia, Bogor,
- Dewi Kantil selaku Aktivis/Penganut Agama Sunda Wiwitan dan
- Uung Sendana selaku Pemuka Agama Khonghucu.
- Romo Yustisnus Sulistiadi, Pr selaku Founder Gerakan Cultura Di Vita,
- Juliaman Saragih selaku Ketua Pendiri NCBI,
- Gus Soleh Marzuki selaku Ketua Umum Forum Komunikasi Ulama dan Masyarakat (FORKUM),
- Pendeta Darwin Darmawan selaku Gereja Kristen Indonesia, Bogor,
- Dewi Kantil selaku Aktivis/Penganut Agama Sunda Wiwitan dan
- Uung Sendana selaku Pemuka Agama Khonghucu.
Dimoderatori oleh :
- Adi Kurniawan selaku Direktur Ideologi dan Politik NCBI.
Menurut Gus Soleh Marzuki, Ruang-ruang publik tidak boleh dikuasai oleh kelompok-kelompok pembenci, pemecah-belah bangsa dan hoaks. Saling serang mengunakan politik kebencian dan politik identitas semakin menguat menjelang Pemilihan Presiden (PilPres) 17 April 2019, sejatinya menjadi ancaman serius terhadap persatuan kesatuan dan keutuhan bangsa. Seolah-olah persaudaraan sebangsa menjadi sesuatu yang tidak penting. Keadaban tidak lagi menjadi hal penting.
Selain itu, Romo Yustisnus Sulistiadi, Pr menyampaikan bahwa cita-cita luhur kemerdekaan, 17 Agustus 1945, hanyalah sebuah mimpi tanpa persatuan kesatuan bangsa. Pengorbanan jiwa, keringat, air mata dan tetesan darah para pejuang bangsa untuk menuju Indonesia yang Merdeka, Bersatu, Berdaulat, Adil dan Makmur menjadi sia-sia oleh sebab keserakahan kekuasaan yang hanya berumur 5 (lima) tahun lamanya.
Uung Sendana menambahkan bahwa seluruh anak bangsa untuk terus membangun optimisme bahwa Bangsa lndonesia adalah bangsa yang besar dan akan terus mau menjadi negara yang Jaya dan Adidaya. Karena kita memiliki semua prasyarat untuk menjadi negara besar dan maju."
Mari hentikan politik caci maki, fitnah, kebencian dan kebohongan bernuansa SARA. Mari kita buktikan kepada masyarakat dunia bahwa Indonesia mampu menerapkan demokrasi yang beradab, demokrasi yang menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. Ujar Wisnu Bawa Tenaya.
Stop caci maki dan fitnah di ruang publik dan mari Kita bergandengan tangan membangun Gerakan Cinta Tanah Air dan Budaya Bangsa. Tutup Darwin Darmawan.(Arianto)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar