Duta Nusantara Merdeka | Jakarta
Berdasarkan data BPS hasil Susesnas tahun 2016, anak Indonesia berjumlah 87 juta jiwa atau 34% dari total penduduk Indonesia. Selain itu, menurut survey yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada tahun 2016, pengguna internet rentang usia 15-19 tahun mencapai 12,5 juta pengguna, dan rentang usia 10-14 tahun mencapai 768 ribu pengguna. Terkait dengan fakta-fakta di atas, sudah sepatutnya pemerintah dan seluruh elemen masyarakat berperan aktif dalam mengajarkan anak untuk menggunakan internet secara bijak, serta melindungi anak dari segala bentuk risiko, ancaman, dan bahaya yang bisa timbul di dunia maya.
Dini Widiastuti mengungkapkan bahwa permasalahan kekerasan dan eksploitasi seksual terhadap anak melalui media daring selalu menjadi perbincangan serius, seakan tiada hari tanpa ada anak yang menjadi korban. Hal ini terlihat dari pemberitaan media, baik media elektronik maupun media cetak. Kekerasan dan eksploitasi seksual daring terhadap anak bisa terjadi di mana saja seperti lingkungan rumah/keluarga, pergaulan, lingkungan kerja, lingkungan masyarakat, sekolah ataupun di manapun sepanjang akses daring dapat dilakukan.
Tidak jarang pelakunya adalah orang terdekat anak seperti teman dan keluarga. hal ini seperti menunjukkan bahwa masih banyak resiko yang dihadapi anak ketika mengakses internet.
Saatnya Dengar Aspirasi Anak Dalam Menggunakan Internet
Internet telah menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak-anak dan remaja di Indonesia. Atas dasar itu, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) didukung oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia, Yayasan Plan International Indonesia, Yayasan Bandungwangi dan Siberkreasi menginisiasi kegiatan Safer Internet Day. Di era digital, penting memprioritaskan hak-hak anak. Sehingga perlu dilakukan upaya-upaya untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan, serta keterampilan agar anak menggunakan
internet dengan aman.
Menurut Dini Widiastuti, Hingga saat ini, aturan yang dapat melindungi anak dari segala ancaman yang ada di internet masih sangat terbatas. Mekanisme pelaporan jika anak mengalami kekerasan melalui internet atau jika mereka menemukan hal-hal yang berbahaya di internet juga masih terbatas dan belum diketahui dan dipahami penggunaannya oleh anak. Akibatnya, anak-anak juga tidak tahu harus lapor kemana jika berhadapan dengan ancaman dan bahaya di internet.
Meskipun kegiatan sosialisasi tentang penggunaan internet yang bijak dan aman ini bukan yang pertama kali digelar, namun tetap diperlukan adanya forum tersendiri yang fokus dan secara aktif mendengarkan pendapat anak-anak. Dengan tajuk #GenZBerkreasi: Internet Asyik Bareng Generasi Z, Yayasan Plan International Indonesia dan KemenPPPA berusaha memberikan ruang kepada anak untuk menyampaikan suara dan pendapat terkait perlindungan yang mereka butuhkan di dunia online dengan mengundang sebanyak 350 anak yang berasal dari Jakarta Utara, Jakarta Timur dan Jakarta Selatan.
imbuh Dini Widiastuti.
Melalui kegiatan ini, harapannya dapat diperoleh pesan kunci yang tepat dari anak- anak sendiri, terutama dalam hal pendidikan literasi digital guna menciptakan internet yang aman untuk anak. Kegiatan
#GenzBerkreasi diisi dengan berbagai agenda, seperti art performance, kuis, dan sesi tanya jawab. Yang unik dari kegiatan ini adalah anak tidak hanya dilibatkan sebagai peserta, melainkan juga sebagai panitia, pembicara kunci, serta penampil.
“Yayasan Plan International Indonesia, lewat kegiatan #GenZBerkreasi, ingin memberikan ruang bagi anak-anak untuk bersuara, serta kesempatan supaya suara mereka benar-benar didengar oleh para pembuat kebijakan. Yang dibutuhkan oleh anak-anak Indonesia adalah dukungan dan perlindungan dari berbagai pihak terhadap segala risiko dan ancaman yang dapat menimpa mereka, baik di dunia nyata maupun di dunia maya,” ujar Dini Widiastuti selaku Direktur Eksekutif Yayasan Plan International Indonesia.
Kegiatan ini digelar hari Sabtu, 9 Maret 2019 Pukul 12.00 - 13.00 wib bertempat di Jakarta Aquarium, Neo Soho, Jl. Letjen S. Parman No.Kav. 28, RT.3/RW.5, Tj. Duren Sel. Grogol petamburan, Kota Jakarta Barat, dihadiri Narasumber :
- Nahar selaku Deputi Perindungan Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak,
- Dini Widiastuti selaku Direktur Eksekutif Yayasan Plan International Indonesia dan
- Will Owens selaku Direktur Jakarta Aquarium.
Jakarta Aquarium merupakan pusat rekreasi keluarga sekaligus pusat konservasi hewan pertama yang dipelopori oleh Taman Safari Indonesia yang berkolaborasi dengan Aquaria KLCC Malaysia.
Jakarta Aquarium menawarkan konsep liburan bernuansa alam yang menghadirkan fitur-fitur alam bawah laut Indonesia yang lengkap dengan kekayaan warna, keindahan bawah laut, sekaligus misteri yang membuat pengunjung merasakan sebuah petualangan yang menyeluruh. Dengan mengusung konsep sebagai tempat rekreasi yang menghibur dan mendidik, Jakarta Aquarium memberikan dukungan penuh terhadap kegiatan-kegiatan Yayasan Plan International Indonesia. Kami menyadari bahwa melalui pendidikan sejak dini, generasi Z akan mampu belajar menggunakan internat dengan bijak.
Dini Widiastuti menambahkan bahwa Sebagai upaya mendukung program Pemerintah dalam mengampanyekan kegiatan berinternet secara aman,
Yayasan Plan International Indonesia berusaha untuk mengajak anak-anak supaya terlibat dalam proses perencanaan kegiatan-kegiatan yang akan dirancang oleh Pemerintah yang nantinya akan berdampak kepada anak.
Yayasan Plan International Indonesia juga mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk peduli dan mendorong kesetaraan hak anak. Berikan kesempatan yang setara untuk anak-anak dapat menyuarakan hak-haknya dan maju ikut terlibat dalam perubahan. tutup Dini Widiastuti.(Arianto)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar