Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) mengirimkan 20 orang kadernya ke Thailand untuk mengikuti program pelatihan pertanian berbasis alam dan teknologi yang akan berlangsung pada 18-28 Februari 2019. Program ini merupakan hasil kerja sama HTI dengan PT Noorpay Nusantara Perkasa yang didukung oleh Asia Pacific Natural Agriculture Network dan Duta Besar RI di Thailand, Ahmad Rusdi.
Para kader pertanian HKTI tersebut akan mengikuti program pelatihan tentang Nature Farming dan Teknologi EM (Effective Microorganism) di Sara Buri Kyusei Nature Farming Center, ini adalah delegasi pertama dari beberapa rencana pengiriman petani oleh HKTI mengikuti berbagai training pertanian di negara yang dinilai maju dan berhasil pembangunan pertaniannya.
Himpunan Kerukunan Tani ndonesia menggelar Jumpa pers Pelepasan Simbolis Delegasi HKTI untuk Pelatihan Pertanian bekerjasama dengan KBRI Thailand hari Minggu, 17 Februari 2019 pukul 12.00 - 16.00 wib bertempat di Sekretariat DPN HKTI, Jl Tebet Timur Raya No.57 Tebet, Jakarta dengan Sambutan Ketua Umum HKTI, Jenderal TNI (Purn) Dr Moeldoko dan dihadiri Sekjend DPN HKTI, Mayjend Bambang Budi Waluyo, PLT OKK DPN HKTI, Totok Sugiyarto, Ketua Pemuda Tani DPN HKTI, Rina Saadah dan Ketua Perempuan Tani DPN HKTI, Dian Novita Susanto.
Moeldoko menyambut baik terselenggara program ini. Menurutnya program ini sangat bagus dan dapat membantu memperbaiki sektor pertanian di Tanah Air, dan Indonesia harus sering belajar dari negara lain yang pembangunan pertaniannya maju dan berhasil.
Dalam banyak kesempatan Moeldoko selalu menekankan pentingnya melakukan modernisasi pertanian melalui berbagai inovasi dan pengembangan teknologi seperti pengembangan benih, bibit, pola tanam, pupuk, pemuliaan tanah, anti hama, dan lain-lain, sehingga dapat meningkatkan
produktivitas hasil panen dan produksi yang berkualitas unggul.
produktivitas hasil panen dan produksi yang berkualitas unggul.
Teknologi pertanian juga harus digunakan dalam sarana dan prasarana pertanian agar dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi. Meski begitu penerapan pertanian modern dan teknologi pertanian tetap harus dipadukan dengan nilai kearifan lokal masyarakat pertanian Indonesia, sehingga tidak menghilangkan budaya baik yg sudah berkembang.
Kerjasama pelatihan dengan Thailand merupakan langkah awal HKTI melahirkan sumber daya manusia unggul dalam menata pertanian modern. Selain Thailand, HKTI juga sedang menjajaki kerja sama dengan Taiwan, Jepang, dan negara-negara lain yang maju dunia pertaniannya.
Dalam program pengiriman petani berlatih ke Thailand kali ini, HKTI berkolaborasi dengan PT. Noorpay Nusantara Perkasa, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang teknologi finansial syariah yang memberikan wawasan, akses, dan bantuan dalam peningkatan kualitas hidup rakyat Indonesia.
Menurut pendiri dan Chief Exe:cutive Officer (CEO) PT Noorpay Nusantara Perkasa, Iskandar Purnomohadi, Noorpay kelak akan membantu rakyat Indonesia di bidang pendidikan, pekerjaan, dan peningkatan kualitas hidup rakyat Indonesia lainnya secara digital.
Sebagai perusahaan anak bangsa, PT. Noorpay Nusantara Perkasa merasa terpanggil membantu petani setelah beberapa waktu lalu jajaran pimpinannya bertemu dan berdiskusi dengan Moeldoko yang merupakan ketua umum HKTI. Kala itu tercetus gagasan untuk mengirimkan sejumlah petani dan kader HKTI belajar pertanian ke luar negeri.
Untuk kali ini negara yang menjadi pilihan adalah Thailand yang sangat serius meng-update teknologi dalam pertaniannya seperti Teknologi EM.
Pertanian 4.0 Thailand fokus menerapkan teknologi tinggi untuk komoditas-komoditas utama dan komoditas-komoditas yang punya nilai terpadu seperti beberapa jenis sayuran dan buahan. Bisa dikatakan bahwa strategi pertanian 4.0 Thailand telah berkembang menurut cabang produk dan memprioritaskan komoditas ekspor.
Di Negeri Gajah Putih tersebut, para kader HKTI peserta pelatihan akan mengikuti EM and Nature Farming Training di Sara Buri Kyusei Nature Farming Center, Thailand. Pusat pelatihan ini berjarak kurang lebih 120 km dari Bangkok.
Teknologi EM merupakan kultur campuran dari mikroorganisme yang menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman. EM diaplikasikan sebagai inokulan untuk meningkatkan keragaman dan populasi mikroorganisme di dalam tanah dan tanaman, yang selanjutnya dapat meningkatkan kesehatan, pertumbuhan, kuantitas dan kualitas produksi tanaman.
Konsep penerapan EM dalam bidang pertanian telah dilakukan secara mendalam oleh Prof. Dr. Teruo Higa di Universitas Ryukyus, Okinawa, Jepang. Dalam skala luas, EM telah diterapkan oleh petani organik di Jepang. Thailand, dan berbagai negara lain termasuk Indonesia. Thailand tergolong negara paling sukses memanfaatkan teknologi EM sejak digunakan pada 1980 karena dukungan kuat dari pemerintahnya.
Di samping diterapkan pada tanah dan tanaman, EM juga dapat diterapkan dalam pengolahan limbah untuk mempercepat penguraian air limbah, memperbaiki tanah dasar tambak untuk mempercepat pertumbuhan ikan dan udang, disemprotkan pada kandang ternak untuk menghilangkan polusi bau pada limbah ternak, dicampurkan pada air minum dan makanan ternak untuk memperbaiki mikroorganisme yang ada dalam perut ternak sehingga pertumbuhan dan produksi ternak menjadi meningkat.
Selama berada di Sara Buri Kyusei Nature Farming Center, para petani akan mengikuti berbagai program pelatihan teori dan paktek pertanian berbasis Teknologi Mikroorganisme Efektif . Materi pelatihan meliputi, antara lain, pengelolaan kebun dan pertanian sayuran, peternakan, budidaya ikan termasuk udang. Mereka juga akan berlatih pengolahan sampah organik, pupuk organik (bokashi), dan perlindungan lingkungan.
Reporter : Arianto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar