Jika di Kota Depok, Jawa Barat, ada Roel Mustofa yang dijuluki Lelaki Seribu Janda, di Kutai Kartanegara, aparat Kepolisian juga turut menyasar para janda. Namun, tentu saja, janda miskin yang membutuhkan perhatian. Bahkan, di antara mereka ada yang tetap keras menyekolahkan anak-anaknya hanya bermodalkan menjual manik-manik.
Jumiati, warga Jalan Tanjung Kersik, Desa Perjiwa, menumpukan hidupnya dengan membuat kerajinan manik-manik. Kepada Polisi yang menyambanginya, dia bercerita suaminya sudah lama meninggal. Kendati demikian, dia tak ingin anaknya tertinggal dalam hal pendidikan. Karena itulah, meski dalam kondisi sulit, dia tetap menyekolahkan anaknya.
Dia pun mengaku beruntung lantaran guru anaknya saat sekolah tak jarang ikut membantu, bahkan dari kebutuhan ekonomi sekalipun. Rumah Jumiati begitu jauh dari kata layak. Dindingnya dari seng dengan penopang kayu yang sebagian telah rapuh. Luasnya pun diperkirakan hanya 5x6 meter. Baik kamar, toilet, maupun dapur menjadi satu.
“Rezeki ada aja, biasanya dari menjual manik-manik. Saya membuat sendiri. Yang penting anak-anak bisa sekolah,” kata Jumiati.
Ada pula tetangga Jumiati, Aisyah, yang usianya lebih tua 20 tahun darinya. Di rumah yang tak layak huni, Aisyah membesarkan anak-anaknya. Makan sehari-hari tak menentu berapa kali sehari. Jumat (01/02/19), di pimpin Kabag Ren Polres Kutai Kartanegara Kompol Gufron, kedua janda tersebut mendapat bantuan sejumlah bahan pokok dan santunan.
Berdasarkan pemetaan yang dilakukan petugas Bhabinkamtibmas, keduanya masuk radar masyarakat tak mampu yang layak mendapat perhatian. “Petugas Bhabinkamtibmas ini juga memang wajib mendeteksi kondisi sosial masyarakat.
Bagaimanapun caranya, harapannya bisa ikut memberikan perhatian. Juga bisa dilakukan komunikasi dengan pemangku kebijakan. Termasuk janda yang memenuhi kriteria untuk diberi bantuan,” pungkas Kompol Gufron Kabag Ren Polres Kutai Kartanegara. **
Wartawan DNM : Imam Sudrajat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar