Duta Nusantara Merdeka | Jakarta
Perkembangan teknologi dan pengaruh globalisasi menjadi tantangan tak terelakkan saat ini. Kemampuan memecahkan masalah, beradaptasi, berkolaborasi, mengembangkan kreativitas dan inovasi serta kemampuan kepemimpinan merupakan kompetensi yang dibutuhkan ditengah tantangan zaman. Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) sebagai model pembelajaran yang bertumpu pada kekayaan kearifan lokal dipandang mampu menjadi solusi alternatif untuk mempersiapkan generasi emas di Indonesia tahun 2045.
Wahana Visi Indonesia (WVl) menggelar Peluncuran Buku Panduan Praktis Penguatan Pendidikan Karakter Kontekstual hari Selasa, 22 Januari 2019 pukul 09.00 – 12.00 wib bertempat di Gedung A Lt 2, Ruang Seminar Kementerian Pendidikan Kebudayaan Republik Indonesia. dihadiri Narasumber :
- Dr. Arie Budhiman M.Si. selaku Staf Ahli Bidang Pembangunan Karakter, Kemendikbud mewakili Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud),
- Patrisius Pederiko selaku Kepala Dinas Pendidikan, Kabupaten Sikka,
- Aspansius, S.IP, M.Si. selaku Kepala Dinas Pendidikan, Kabupaten Landak,
- Yusuf MT selaku LPMP Provinsi Sumatra Utara,
- Amiruddin, M.Pd. selaku LPMP Provinsi Papua dan
- Mega Indrawati selaku Education Team Leader, WVI.
- Patrisius Pederiko selaku Kepala Dinas Pendidikan, Kabupaten Sikka,
- Aspansius, S.IP, M.Si. selaku Kepala Dinas Pendidikan, Kabupaten Landak,
- Yusuf MT selaku LPMP Provinsi Sumatra Utara,
- Amiruddin, M.Pd. selaku LPMP Provinsi Papua dan
- Mega Indrawati selaku Education Team Leader, WVI.
Wahana Visi Indonesia (WVl) sebagai yayasan kemanusiaan fokus anak, turut berupaya mendukung pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Salah satunya melalui program pendidikan karakter kontekstual di 18 wilayah dampingan WVI di wilayah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T) di lndonesia. Upaya dan pengalaman WVI sejak tahun 2009 berkecimpung di program pendidikan karakter kontekstual telah berhasil mendokumentasikan berbagai modul pelatihan dan buku panduan untuk para guru.
"Berdasarkan pengalaman kami di lapangan, WVI berinisiatif memformulasikan strategi penerapan pendidikan karakter kontekstual ke dalam versi yang lebih generik. Diharapkan buku Panduan Praktis Penguatan Pendidikan Karakter Kontekstual ini dapat menjadi salah satu rujukan bagi penggiat pendidikan dalam penerapan penguatan pendidikan karakter di skala nasional terutama di wilayah, ujar Mega Indrawati.
PPK merupakan salah satu prioritas pemerintah saat ini. Prioritas ini lantas diterjemahkan melalui Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter. Untuk itu, mewakili Kemendikbud, Arie memberikan apresiasi kepada setiap pihak yang secara aktif memberikan kontribusi terhadap implementasi PPK utamanya di daerah 3T.
"Kami mengapresiasi komitmen dan konsistensi WVI dalam implementasi PPK di wilayah 3T dampingan WVI hingga akhirnya buku Panduan Praktis Penguatan Pendidikan Karakter Kontekstual yang dibuat berdasarkan pengalaman langsung dari sekolah, para guru, dan masyarakat dapat rampung dan dipublikasikan. Kiranya buku ini dapat mendorong pemangku kepentingan di sektor pendidikan untuk memiliki tujuan yang sama dalam implementasi PPK di Indonesia," " ujar Arie.
Selaras dengan apa yang telah disampaikan oleh perwakilan Kemendikbud, pihak Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) diwakili oleh LPMP Sumatera Utara memberikan dukungannya bagi implementasi PPK dan buku panduan ini "Ada 5 karakter utama yang hendak ditumbuhkan kepada peserta didik melalui PPK, yakni religiositas, nasionalisme, kemandirian, gotong royong dan integritas. Dalam konteks LPMP, integrasi nilai-nilai karakter tersebut dalam kegiatan pembelajaran menjadi prioritas.
LPMP sebagai salah satu lembaga implementer PPK di Indonesia, berharap melalui buku yang dilengkapi dengan praktik baik dan mudah dipahami ini mampu digunakan bagi para pelaku implementer PPK di daerah-daerah untuk mendukung peningkatan mutu pendidikan dan terciptanya generasi Indonesia yang berkompetensi unggul yang dibarengi dengan keunggulan dan keseimbangan dari sisi olah hati, olah pikir, olah rasa dan olah raga," disampaikan oleh Yusuf MT. Ditambahkan oleh Amiruddin bahwa dalam konteks Papua, masih banyak anak-anak yang putus sekolah.
Penyebabnya antara lain karena kurikulum dan materi kegiatan belajar yang tidak sesuai dengan lingkungan hidup anak sehingga tidak merangsang gairah belajar untuk mengoptimalkan kreativitas dan daya imajinasi anak. Untuk itu, PPK yang dikemas dalam buku panduan ini diharapkan mampu mendukung setiap guru untuk mengembangkan kegiatan belajar berbasis kearifan lokal.
Peluncuran buku Panduan Praktis Penguatan Pendidikan Karakter Kontekstual diharapkan
memberikan kontribusi nyata bagi perkembangan mutu pendidikan dan generasi penerus negara Indonesia yang siap menghadapi tantangan global.
Keterlibatan pemangku kepentingan di dunia pendidikan, keluarga, guru, dan masyarakat menjadi mutlak diperlukan untuk keberhasilan implementasi program pendidikan karakter kontekstual sebagai modal awal revolusi mental dan perwujudan generasi emas Indonesia 2045.
Reporter : Arianto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar