Duta Nusantara Merdeka | Jakarta
Menjadi mujahid bisa dengan berbagai cara. Tidak harus angkat senjata usir penjajah dalam negeri, apalagi membantu usir penjajah di luar negeri yang menganeksasi suatu negara.
Cukup banyak menjadi mujahid, antara lain dengan cara menjadi relawan untuk membangun surau atau mesjid. Itu bisa dilihat sehari hari di antara simpang Jalan raya di Jakarta dan kota besar lain.
Mereka yang ingin menjadi mujahid bisa mengumpulkan dana sumbangan pembangunan atau renovasi surau atau mesjid. Karena setiap pengendara mobil dan motor akan tergerak hatinya Menyumbang.
Namun tidak semuanya mujahid bisa menerima kenyataan yang sesuai hatinya saat surau atau mesjid terbangun dengan megahnya. Sebab, begitu bangunan sudah selesai dibangun maka acap kali para mujahid pengumpul dana kecewa.
Kekecewaan apa yang dirasakan oleh para mujahid? Mereka sering merasa Ditinggalkan oleh pengurus Dewan Kemakmuran Mesjid (DKM). Pintu atau gerbang mesjid kadang dibuka pada saat menjelang waktu sholat dan ditutup 2 jam usai sholat Isya.
Kebanyakan mesjid laksana gudang tempat menyimpan barang kuno. Tidak bisa musafir singgah di Mesjid dengan alasan tertentu. Klaim bahwa mesjid adalah "rumah Allah" hanya manis didengar di saat khotbah mesjid.
Ini belum bicara tuntutan mengisi otak kepala kepala jamaah dengan ilmu dunia dan akhirat. Inilah kenyataan di tengah masyarakat : sering berlomba membangun gedung dan jalan, tapi lupa membangun manusianya. **
Tidak ada komentar:
Posting Komentar