Duta Nusantara Merdeka | Banten
Hablumminnan nas dan hablumminallah merupakan sebuah keseimbangan hidup. Itu sebab, menjadi ajaran utama Islam untuk saling menyanyangi sesama manusia lebih dahulu baru kepada Allah. Dan ini akan terlihat sikap seseorang saat terjadi bencana atas diri saudaranya, tetangganya, atau sesama anak bangsa. Pastilah sikap kemanusiaan untuk membantu muncul dengan sendirinya.
Tsunami di Banten dan Lampung merupakan bukti nyata yang dapat meninjau langsung ke korban di lokasi bencana yang terparah atas tsunami Sabtu (22/12) yang menimpa kedua Propinsi tergantung. Personil Relawan Prabowo Sandi (PADI) dari DPW Banten melakukan aksi sosial dengan menyerahkan bala bantuan ke Kampung Teluk, Desa Teluk, Labuan, Pandeglang, Banten.
"Menurut warga di kampung Teluk korban meninggal 8 orang dan rumah hancur sekitar 30 rumah rata dengan tanah. Kami harap pemerintah bisa memperbaiki rumah-rumah yang hancur dan kapal-kapal hancur. Warga berharap agar Sandiaga Uno meninjau langsung lokasi bencana bersama rumah besar Relawan Prabowo-Sandi, "Kata Asep.
Dan kapal sekitar ratusan hancur dan warga yang belum diketemukan apakah hanya dipedulikan oleh Relawan PADI yang ada di DPW Banten?
Èšernyata tidak. Pemuda - pemuda Bugis, Sulawesi Selatan pun punya kepedulian atas nasib yang menimpa saudara sebangsa di atas.Mereka punya komunitas di WhatsApp bisa galang dana bantuan juga ternyata.
Hamid, pemuda Bugis dan beberapa kawan lainnya menyerahkan bantuan pertama kali pesta tanggal 31-12-18. Mereka menyerahkan bantuan di Desa posko SMA 1 Rajabasa, Desa Kunjir. Desa ini terletak di Kecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan.
Tepatnya terletak di bawah kaki gunung Rajabasa dan berhadapan langsung dengan Teluk Lampung. Desa yang memiliki luas wilayah kurang lebih 5000 Ha ini dihuni oleh Suku Lampung, Banten (Jaseng) dan suku jawa yang mayoritas penduduknya bermata pencaharian petani dan nelayan.
"Desa ini bisa kami tempuh kurang lebih 30 Menit dari Kota Kalianda atau kurang lebih 3-4 Jam dari Bandar Lampung dengan menyusuri pesisir di sepanjang Gunung Rajabasa." Kata Hamid.
Pemuda Bugis kelahiran 25 tahun silam ini ditemui penulis saat aksi galang dana di kota Bogor, Minggu (7/1) pagi. Namun menurutnya, bantuan memang bisa dikirim via transfer, tapi ia dan kawan kawan nya lebih memilih dapat berinteraksi dengan para korban langsung.
Sehingga rasa empati terasa benar di lapangan, aku Hamid. Baginya Sila kedua Pancasila, Kemanusiaan yang adil dan baradab adalah ciri khas bangsa ini yang diwarisi turun temurun oleh nenek moyang bangsa Indonesia. **
Tidak ada komentar:
Posting Komentar