Ilustrasi / Sumber Foto : Net |
Bencana adalah Mushibah, yang merupakan Ujian dan sinyal Teguran Allah Swt Via Ayat ayat Kauniyah (fenomena alam) untuk Ummat saat sekarang ini, dan merupakan Azab Allah secara spontanitas terhadap orang orang yang ingkar dari Ummat Ummat terdahulu.
Biarlah Ayat ayat Allah bicara,...
Mushibah kita sikapi dengan sabar, tabah serta tawakkal dengan ungkapan terbaik; Inna lillah Wainna Ilaihi roji'un.
Garansi Allah akan Wilayah suatu Negeri terbebas dari BENCANA jika Mayoritas penduduk yang mendiami negeri ini masih ber'amal Sholih.
Mafhum mukholafah atau pemahaman sebaliknya meminjam dari istilah Kaedah Ushul fiqih dari Ayat ayat Allah dimaksud adalah;
"Allah pasti akan menghancurkan Suatu Negeri jika Mayoritas Penduduknya rata rata berbuat Zhalim".
Hanya saja, Bencana Alam merupakan dua sisi mata uang yang berbeda dan relatif, bisa merupakan Cobaan atau ujian bagi Orang orang Mukmin dan sebaliknya menjadi peringatan atau sinyal teguran bagi Orang orang yang berbuat Zhalim.
Namun Mushibah semua itu terukur dari bagaimana besarnya dampak daya rusak fenomena Alam yang terjadi dan kehancuran yang ditimbulkannya tidak terlepas dari ulah perbuatan Masyarakatnya.
Allah SWT berfirman:
وَمَا كَانَ رَبُّكَ لِيُهْلِكَ الْقُرٰى بِظُلْمٍ وَّاَهْلُهَا مُصْلِحُوْنَ
"Dan Tuhanmu tidak akan membinasakan negeri-negeri secara sembrono (zalim), selama penduduknya mayoritas orang-orang yang berbuat (amal Sholih) kebaikan." (QS. Hud 11: Ayat 117)
Berikutnya Allah SWT berfirman:
وَاِذَاۤ اَرَدْنَاۤ اَنْ نُّهْلِكَ قَرْيَةً اَمَرْنَا مُتْرَفِيْهَا فَفَسَقُوْا فِيْهَا فَحَقَّ عَلَيْهَا الْقَوْلُ فَدَمَّرْنٰهَا تَدْمِيْرًا
"Dan jika Kami hendak membinasakan suatu daerha (negeri), maka terlebih dahulu Kami perintahkan (agar mentaati Allah) kepada orang yang hidup mewah (Pengusaha, Pemimpin, Pejabat, Wakil Rakyat, Selebriti) di negeri itu, tetapi bila mereka melakukan kedurhakaan di dalam (negeri) itu, maka sepantasnya berlakulah terhadapnya perkataan ketetapan (hukuman Kami), kemudian Kami binasakan sama sekali (negeri itu)." (QS. Al-Isra' 17: Ayat 16)
Ummul Mukminin Aisyah ra. pernah menuturkan, bahwa jika langit mendung, awan menghitam dan angin kencang, wajah Baginda Nabi Muhammad saw.--yang biasanya memancarkan cahaya--akan terlihat pucat-pasi. Sebab takut kepada Allah SWT. Beliau lalu keluar, lalu masuk ke masjid dalam keadaan gelisah seraya berdoa, “Ya Allah…aku berlindung kepada-Mu dari keburukan hujan dan angin ini, dari keburukan apa saja yang dia kandung dan keburukan apa saja yang dia bawa.”
Aisyah ra. bertanya, “Ya Rasulullah, jika langit mendung, semua orang merasa gembira karena pertanda hujan akan turun. Namun, mengapa engkau tampak ketakutan?”
Nabi saw. menjawab, “Aisyah, bagaimana aku dapat meyakini bahwa awan hitam dan angin kencang itu tidak akan mendatangkan azab Allah? Kaum 'Ad telah dibinasakan oleh angin topan. Saat awan mendung, mereka bergembira karena mengira hujan akan turun. Padahal Allah kemudian mendatangkan azab atas mereka.” (HR Muslim dan at-Tirmidzi).
Masya Allah! Kita sepantasnya takjub dengan rasa takut Rasulullah saw. kepada Allah SWT. Bayangkan, Rasul saw. adalah kekasih-Nya. Penghulu ahli surga. Allah SWT mustahil mengazab beliau. Namun, rasa takut kepada Allah SWT sering menyelinap dalam batin beliau di saat-saat awan mendung dan angin kencang.
Bagaimana dengan para Sahabat beliau? Sama saja. Para Sahabat adalah juga orang-orang yang paling takut kepada Allah setelah Baginda Rasulullah saw. Padahal sebagian mereka telah dijamin masuk ke dalam surga-nya.
Namun demikian, rasa takut mereka terhadap Allah SWT begitu luar biasa.
Bagaimana dengan generasi Muslim saat ini? Sungguh, musibah demi musibah di negeri ini sudah sering terjadi. Mulai dari tsunami, gunung meletus, banjir bandang, kebakaran hutan hingga gempa bumi yang beruntun terjadi. Namun, sepertinya musibah demi musibah itu datang sekadar menimbulkan duka-lara seketika, kemudian setelah itu tak berbekas apa-apa.
Banyak orang kemudian bermaksiat seperti biasa. Melakukan banyak dosa seperti sedia kala. Penguasa dan wakil rakyat tetap menerapkan hukum-hukum kufur. Para ulama pun seolah tetap merasa 'nyaman' dengan tidak diberlakukannya hukum-hukum Allah. Kaum Muslim secara umum juga sepertinya tetap merasa 'enjoy' dengan berbagai kemaksiatan dan kezaliman yang ada.
Padahal Allah SWT berfirman:
ءَاَمِنْتُمْ مَّنْ فِيْ السَّمَآءِ اَنْ يَّخْسِفَ بِكُمُ الْاَرْضَ فَاِذَا هِيَ تَمُوْرُ
"Sudah merasa amankah kamu, bahwa Dia yang di langit tidak akan membuat kamu ditelan bumi ketika tiba-tiba ia terguncang?" (QS. Al-Mulk 67: Ayat 16)
اَمْ اَمِنْتُمْ مَّنْ فِى السَّمَآءِ اَنْ يُّرْسِلَ عَلَيْكُمْ حَاصِبًا ۗ فَسَتَعْلَمُوْنَ كَيْفَ نَذِيْرِ
"Atau sudah merasa amankah kamu, bahwa Dia yang di langit tidak akan mengirimkan badai yang Q berbatu kepadamu? Namun kelak kamu akan mengetahui bagaimana (akibat mendustakan) peringatan-Ku." (QS. Al-Mulk 67: Ayat 17)
Berikutnya mari kita renungkan Ayat Allah tentang bencana Alam terhadap Ummat terdahulu sebagai i'tibar dibawah ini:
فَكُلًّا اَخَذْنَا بِذَنْۢبِهٖ ۚ فَمِنْهُمْ مَّنْ اَرْسَلْنَا عَلَيْهِ حَاصِبًا ۚ وَمِنْهُمْ مَّنْ اَخَذَتْهُ الصَّيْحَةُ ۚ وَمِنْهُمْ مَّنْ خَسَفْنَا بِهِ الْاَرْضَ ۚ وَمِنْهُمْ مَّنْ اَغْرَقْنَا ۚ وَمَا كَانَ اللّٰهُ لِيَـظْلِمَهُمْ وَلٰـكِنْ كَانُوْۤا اَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُوْنَ
"Maka masing-masing (mereka itu) Kami azab karena dosa-dosanya, di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil, ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, ada yang Kami benamkan ke dalam Bumi, dan ada pula yang Kami tenggelamkan. Allah sama sekali tidak hendak menzalimi mereka, akan tetapi merekalah yang menzalimi diri mereka sendiri." (QS. Al-'Ankabut 29: Ayat 40)
Perhatikanlah Allah mengurangi bumi sedikit demi sedikit dari pinggirnya dengan meleburnya dengan Gempa, tsunami atau taufan terhadap orang orang yang mengingkari NYA seperti dibawah ini.
Allah SWT berfirman:
اَوَلَمْ يَرَوْا اَنَّا نَأْتِى الْاَرْضَ نَـنْقُصُهَا مِنْ اَطْرَافِهَا ۗ وَاللّٰهُ يَحْكُمُ لَا مُعَقِّبَ لِحُكْمِهٖ ۗ وَهُوَ سَرِيْعُ الْحِسَابِ
"Dan apakah mereka tidak melihat bahwa Kami mendatangi daerah-daerah (orang yang ingkar kepada Allah), lalu Kami kurangi (daerah-daerah) itu (sedikit demi sedikit) dari tepi-tepinya? Dan Allah menetapkan hukum (menurut kehendak-Nya), tidak ada yang dapat menolak ketetapan-Nya; Dia Maha Cepat perhitungan-Nya." (QS. Ar-Ra'd 13: Ayat 41)
Harus disadari, segala bentuk bencana alam merupakan bukti kemahakuasaan Allah SWT. Dengan itulah kita seharusnya menyadari. Betapa manusia ini sangat lemah dan tidak berdaya di hadapan kemaha kuasaan Allah (Lihat: QS ar-Ra'd : 41 di atas).
Sebagai penutup, harus disadari pula, dengan bencana alam itu Allah sebetulnya hendak menguji kesabaran manusia.
وَلَـنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَـوْفِ وَالْجُـوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِ ۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ
"Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar," (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 155)
Semoga bermanfaat.
Wallahu a'lamu bisshowab
Tulisan Al. Ustadz : Drs. Abdullah Sani Nasution
Tidak ada komentar:
Posting Komentar