DNM.com (Jakarta)
Institut Madani Nusantara (lMN) kembali menyelenggarakan program bermutu, yaitu Seminar Nasional dengan tema "Paradoks lndonesia", yaitu suatu diskusi ilmiah berskala nasional yang dihadiri oleh para Profesor/guru besar, dosen dan para cendikiawan sebagai narasumber dari perwakilan seluruh Indonesia, yang diadakan pada hari sabtu, 1 September 2018 pukul 8.00 - 12.00 wib bertempat di Ballroom Hotel Sahid Jaya Jalan Jenderal Sudirman Kav. 86 Jakarta
Acara ini dirancang khusus untuk cendekiawan, dosen, guru, pengamat dan penikmat diskusi yang berkualitas untuk selanjutnya bisa menyampaikan ke seluruh masyarakat Indonesia tentang permasalahan lndonesia saat ini. Istilah paradoks sendiri merupakan pernyataan yang seolah-olah bertentangan (berlawanan) dengan pendapat umum atau kebenaran, tetapi kenyataannya mengandung kebenaran. Lalu apa saja Paradoks di negara tercinta kita Indonesia? Lalu bagaimana solusinya?
Seminar Nasional "Paradoks Indonesia" merupakan satu diskusi hangat para profesor Indonesia untuk mengulas sebuah buku karya Prabowo Subianto berjudul "PARADOKS INDONESIA: Negara Kaya Raya, tetapi Masih Banyak Rakyat Hidup Miskin. Dalam seminar ini hadir pembicara sebanyak 24 Perwakilan Profesor dari seluruh Indonesia sebagai narasumber seminar sekaligus memberikan masukan dan diskusi terkait buku tersebut.
Seminar ini merupakan diskusi akademis yang digagas oleh para guru besar dan cendikawan tentang Pandangan Prabowo untuk membangun kesadaran bersama mengenai data kemiskinan, demografi penduduk Indonesia, gejolak dan pula kondisi sosial-ekonomi-politik yang telah sangat menghawatirkan.
Dimulai dari indeks Gini (koefisien dalam ilmu ekonomi tentang pemerataan pendapatan) Indonesia menurut data Credit Suisse Global Report berada pada angka 0,49. Angka tersebut berarti 1% orang terkaya (hanya 2,5 juta orang) menguasai 49% kekayaan negara. Hanya 2,5 juta orang dari sekitar 250 juta penduduk atau 1:100. "Menggunakan logika paling sederhana pun, angka ketimpangan ini telah teramat besar" kata Juliana Wahid selaku ketua Panitia.
Dalam kegiatan seminar nasional hari ini, ribuan peserta akan diajak bersama-sama
untuk menganalisa atas permasalahan bangsa dan daiajak untuk berpikir kritis, logis dengan asas saintifik memformulasikan solusinya.
Kami berharap para peserta bisa belajar membaca situasi, sadar akan fakta dan bergerak untuk mencapai tujuan mulia bersama. Kami ingin masyarakat indonesia dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas hingga Rote mendapat keuntungan akademis sebesar-besarnya dari pengalaman yang masih langka ini," terang Juliana Wahid, ketua panitia acara ini.
Perserta seminar merupakan perwakilan dari profesor, dosen, guru, para cendikiawan, mahasiswa ribuan orang dan diselenggarakan oleh Institut Madani Nusantara (IMN) yang merupakan lembaga non profit yang bergerak atas dasar perjuangan bangsa untuk menjadi lebih baik, lebih berkualitas dan lebih bermartabat.
Dalam buku yang dikaji pada seminar kali ini, dari segi Ekonomi, Indornesia memiki potensi yang sangat besar. Dalam bidang pertanian, iklim lndonesia yang tropis merupakan keunggulan komparatif yang tak dimilki bangsa lain. Pertanian Indonesia harus benar-benar diperhatikan, pesan pak Prabowo dalam buku ini.
Sarana dan prasarana harus diperbaiki, sistem irigasi, penyediaan traktor dan mekanisasi pertanian pupuk harus murah dan baik, dari hulu ke hilir harus terkoneksi dengan baik, pasar diciptakan dengan penentuan harga atap dan dasar yang nenguntungkan petani, penjaminan pertanian dilakukan dengan baik, 11 juta hektar lahan yang masih menganggur perlu dibuatkan kebijakan yang baik agar dapat dimanfaatkan.
Pabrik-pabrik agroindustri didirikan dekat dengan kawasan pertanian. Pertanian dalam arti luas kata itu, kelautan, perikanan, perkebunan. Kalau mau negara kuat, rakyatnya juga kuat karena makan bergizi dan cukup. Bahan makanan harus mudah didapat dengan harga murah. Kemandirian pangan ditegakkan, kedaulatan pangan dilkuatkan.
Prabowo menulis:" "Prabowo tidak bisa jadi kacung kamu! Indonesia tidak mau jadi kacung kamu! Kita mau jadi sahabatmu. Kita mau jadi kawanmu. Kita mau jadi mitramu, tapi kita tidak mau jadi kacung siapapun di dunia."
Harapan dan rekomendasi dari seminar nasional ini dapat menjadi bagaian dari formulasi solusi untuk arah Indonesia lebih baik. **(Red-07)
Reporter : Arianto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar