PRIMBON POLITIK
APA ITU PEMIMPIN “TANGAN BERDARAH” ?
Pakar Komunikasi Politik Effendi
Ghazali sejak lama selalu mengatakan jangan Pemimpin yang “ Tangan nya Berdarah
” Maksudnya rakyat memang harus tahu menempatkan posisi ideologis politiknya
dalam setiap pesta demokrasi atau pemilihan pemimpin seperti Pileg atau Pilpres
yang sistemnya dilaksanakan setiap pada lima Tahun sekali di Indonesia.
Menurut catatan Primbon Politik
dari Zaman ke Zaman berikutnya memang setiap perubahan Politik kekuasaan bisa
terjadi “berdarah – darah” Misalnya Tragedi berdarah 1965, kemudian Malam 1974,
Kemudian lagi Peristiwa Kuda Tuli 1996 dan Tragedi Reformasi 1998 dengan
jatuhnya diktator Jenderal Soeharto.
Dengan Tragedi Berdarah 1998
banyak orang – orang yang pada waktu itu sudah menyandang jabatan di
Pemerintahan orde baru. Pada waktu itu tidak sedikit korban yang bergelimpangan
terutama di kawasan gedung DPR/MPR dan Jembatan Semanggi Jakarta, Lebih dari
1300 orang Demonstran Tewas.
Lembaga Internasional Hak Azasi
Manusia di bawah Perserikatan Bangsa – Bangsa (PBB) pun mencatat pada waktu itu
banyak aktifitas pemuda dan mahasiswa yang hilang tak berbekas, korban
penculikan dan korban penembakan aparat tak jelas, itulah yang disebut oleh HAM
– PBB sebagai tindakan “Tangan Berdarah” oleh para Pemimpinya.
Sangat disayangkan kalau rakyat
cepat sekali melupakan peristiwa menyayat hati itu masih saja mengelu – elukan
para pemimpin yang diduga keras “Tangannya Berdarah” pada waktu itu dan tidak
pernah ada putusan final sampai saat ini.
Sepertinya Pemimpin “Tangan
Berdarah” masih menjadi Kebanggaan sebagian rakyat kita dan hal ini akibat
Partai Politik kurang melakukan Pendidikan Politik yang Benar dengan fakta
Sejarah. Masih kita ingat ucapan Bung Karno : “Rakyat Harus Tahu Politik dan
Bijak Berpolitik, Supaya Jangan Dimakan Politik” **
(Ebiet PR)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar