Di balik kelembutan, seorang wanita memiliki kekuatan yang bisa mengubah dunia. Di Indonesia, deretan pahlawan nasional wanita menjadi inspirasi bagi seluruh perempuan di tanah air.
1. Raden Ajeng Kartini – Jepara
Salah satu wanita inspiratif Indonesia ini terkenal dari usahanya memperjuangkan hak-hak wanita. Berkat pemikirannya yang maju, wanita Indonesia kini bisa bekerja serta menempuh jenjang pendidikan lebih tinggi. Raden Ajeng Kartini menuliskan pemikirannya tentang kondisi sosial terutama kondisi perempuan pribumi dalam bentuk surat. Surat-surat tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia kemudian dikumpulkan hingga menjadi sebuah buku.
2. Cut Nyak Dien – Aceh
Pahlawan wanita inspiratif dari Aceh ini turut berjuang melawan Belanda saat Perang Aceh. Kematian suaminya saat bertempur melawan Belanda membuatnya marah hingga bersumpah akan menghancurkan Belanda. Cut Nyak Dien kemudian ditangkap dan di bawa ke Banda Aceh. Karena pasukan Belanda khawatir akan kehadirannya di Aceh, beliau kemudian dibuang ke Sumedang hingga akhir hayatnya.
3. Cut Nyak Meutia – Aceh
Cut Nyak Meutia juga berasal dari Aceh. Paras cantiknya seringkali menghiasi pertempuran melawan Belanda di Aceh Utara. Beliau berjuang bersama dengan suaminya, Teuku Chik Tunong. Suaminya kemudian ditangkap dan ditembak mati Belanda. Perjuangan melawan Belanda berlanjut bersama suami barunya Pang Nanggroe. Namun, suaminya tewas terkena tembakan Belanda. Cut Meutia akhirnya berjuang sendiri bersama pasukannya hingga wafat
4. Raden Dewi Sartika – Jawa Barat
Raden Dewi Sartika adalah salah satu tokoh perintis pendidikan untuk kaum wanita. Ketertarikannya terhadap dunia pendidikan sudah ditunjukkan sejak Dewi Sartika masih kecil. Konon, sejak kecil setelah pulang sekolah, Dewi Sartika kerap kali bermain dengan memperagakan praktik guru di sekolah, mengajari baca tulis, dan bahasa Belanda kepada anak-anak pembantu di kepatihan. Hingga akhirnya anak-anak pembantu di kepatihan bisa menulis dan membaca dalam bahasa Belanda.
5. Hj. Fatmawati Soekarno – Bengkulu
Ibunda dari presiden kelima Indonesia, Ibu Megawati Soekarno Putri ini adalah istri ketiga dari Presiden pertama RI, Soekarno. Fatmawati dikenal karena jasanya menjahit bendera pusaka Sang Saka Merah Putih. Bendera yang dijahit itu dikibarkan pada upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di Jakarta, 17 Agustus 1945.
6. Martha Christina Tiahahu – Maluku
Gadis yang merupakan anak sulung dari Kapitan Paulus Tiahahu ini merupakan sosok pemberani. Ayahnya adalah pemimpin tentara rakyat Maluku pada saat itu. Dia dikenal sebagai gadis pemberani dan konsekuen terhadap cita-cita perjuangannya. Kehadirannya di tengah-tengah pertempuran membakar semangat kaum perempuan untuk mendampingi kaum laki-laki di medan perang.
7. Nyai Ageng Serang – Yogya
Nyi Ageng Serang adalah anak dari Pangeran Ronggo Natapraja yang menguasai wilayah terpencil dari Kerajaan Mataram. Sepeninggal ayahnya yang wafat, beliau menggantikan kedudukan sang ayah. Saat dewasa juga Ia turut ikut berperang melawan penjajah. Berkat perjuangannya, Nyi Ageng Serang ditetapkan menjadi pahlawan nasional oleh pemerintah pada 1974.
8. Hj. Rangkayo Rasuna Said – Jakarta
Sama seperti R.A Kartini, Rangkayo Rasuna Said juga memperjuangkan kesamaan hak pria dan wanita. Dikenal sebagai sosok pandai, cerdas dan pemberani, ia juga sangat memperhatikan kemajuan dan pendidikan untuk kaum wanita. Menurutnya, kemajuan kaum wanita tidak hanya bisa didapat dengan mendirikan sekolah, tapi juga harus disertai dengan perjuangan politik.
9. Nyai Hj. Siti Walidah Ahmad Dahlan – Yogya
Siti Walidah atau yang dikenal dengan Nyai Ahmad Dahlan adalah salah satu tokoh emansipasi wanita yang juga merupakan seorang istri dari pendiri Muhammadiyah, Ahmad Dahlan. Ia seringkali menemani suaminya dalam mengembangkan ajaran Muhammadiyah. Selain itu, dirinya juga mendirikan sekolah asrama dan sekolah putri yang mengajarkan pendidikan Islam bagi perempuan.
10. Opu Daeng Risaju – Sulawesi Selatan
Pejuang wanita asal Sulawesi Selatan ini membangkitkan semangat para pemuda untuk melakukan perlawanan terhadap Belanda. Tindakannya itu membuat Belanda kewalahan dan melakukan segala upaya menangkap dan menghentikan aksinya. Opu Daeng Risaju mengalami penyiksaan oleh Belanda saat tertangkap dan wafat di usianya yang ke 84. **(Red-90)
Sumber Litbang Koran Sindo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar