Ilustrasi |
TANTANGAN
BESAR PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
Pada dasarnya
setiap manusia hidup memiliki rasa kesadaran dan sekaligus juga mempunyai
perasaan akan kekhawatiran. Bukan sesuatu yang mustahil, bisa saja terjadi
sebagaimana yang dikemukakan para ahli, bahwa dominasi politik dan ekonomi
suatu komunitas manusia juga akan mempengaruhi posisi dan reposisi kelompok
manusia lain.
Apalagi jika
berbicara tentang kelembagaan atau negara, bahwa bagaimanapun dominasi
negara-negara maju akan berpengaruh terhadap kehidupan dan kualitas pola pikir
manusia yang hidup di negara-negara miskin. Bahasa pintasnya sebagai masyarakat
miskin timbul rasa khawatir apabila dominasi negara-negara maju hanya azas
manfaat yang suatu ketika justru akan menimbulkan malapettaka atau nasib buruk
bagi kehidupan mereka pada akhirnya.
Sebagai
makhluk yang namanya manusia, wajar jika manusia tadi mengamati proyeksi yang
disampaikan awal abad 21 ini pertumbuhan penduduk dunia 7 juta jiwa perbulan
atau 1,7 % dari jumlah penduduk dunia yang sekitar 7 milyar jiwa.
Jika ditahun
1987 penduduk dunia 5 milyar jiwa dengan kawasan Asia yang paling subur dan
akan berlipat menjadi 14 milyar jiwa ditahun 2070. Bahkan penduduk Tiongkok
yang sekarang 1,4 milyar jiwa akan terkejar oleh India di tahun 2045.
KESENJANGAN
EKONOMI
Kesenjangan
kehidupan sosial ekonomi maupun politik antara negara-negara maju dengan
negara-negara miskin belum terdapat keadilan yang dapat dinikmati. Dominasi
politik dan ekonomi di kuasai masyarakat negara-negara maju dengan nominasi
produk kotor nasional mencapai 64,5%. Sedangkan sejumlah 35,5 % mencakup 100
negara-negara miskin atau negara-negara yang sedang membangun.
Maka
tepatlah yang dikatakan Prof.Luis Echiverria. Pakar politik dan mantan Presiden
Mexico juga pernah menjadi Duta Besar UNESCO memaparkan masih terjadi
kesenjangan cukup tajam antara negara-negara maju dengan negara-negara
berkembang, sehingga belum ada kehidupan layak diantara kedua pihak tersebut
untuk bisa sejajar.
Maka
tidak heran apabila terjadi migrasi besar-besaran terutama didominasi kaum
muda, wanita dan anak-anak seperti dikawasan Timur Tengah dan Eropa itu, karena
kebijakan politik dan ekonomi mengakibatkan kesenjangan kehidupan mereka,
apalagi dengan adanya konflik politik bersenjata yang tidak berujung.
Mencermati
kondisi seperti itu maka sebenarnya peringatan keras Badan Lingkungan Hidup
Dunia yakni UNEP (United Nation
Environment Programme) Perserikatan Bangsa-Bangsa seperti yang dicanangkan
Konfrensi Tingkat Tinggi Havana beberapa waktu lalu, bahwa semua negara tanpa
terkecuali harus memikirkan pembangunan negaranya masing-masing dengan
memperhitungkan relevansi lingkungan dan berkelanjutan (Environtment on Sustainable Development) serta mengesampingkan
konflik kepentingan politik dan ekonomi suatu komunitas di negerinya.
Peringatan keras tersebut tidak mengecualikan masalah pelanggaran hukum bagi yang mencermati lingkungan seperti misalnya terhadap pembakar hutan lahan yang berakibat polusi udara dan menimbulkan korban jiwa manusia yang otomatis juga merugikan sektor ekonomi.
Peringatan keras tersebut tidak mengecualikan masalah pelanggaran hukum bagi yang mencermati lingkungan seperti misalnya terhadap pembakar hutan lahan yang berakibat polusi udara dan menimbulkan korban jiwa manusia yang otomatis juga merugikan sektor ekonomi.
Hal
tersebut dapat dimaklumi mengingat pencemaran udara akibat kenderaan bermotor
saja sudah menkhawatirkan seperti yang diungkapkan GEO (Group on Earth
Observartion) Amerika Serikat bahwa data polusi udara akibat karbon diokasida
(CO2 ) yang diproduksi kenderaan bermotor dewasa ini mencapai 700
jiwa dan akan menjadi 1 milyar di tahun 2025. Semuanya itu harus menyadarkan
semua umat manusia baik individual maupun kolektif terutama ditanamkan kepada
generasi muda.
TANTANGAN
TERBESAR
Generasi
muda sekarang harus berfikiran terbuka, sensitif terhadap masalah yang muncul
dan harus memiliki kebijakan serta berani menanggualngi tantangan besar dan
rumit yang dihadapi umat manusia.
Konfrensi
Umum UNESCO (United Nation Education and Sciences Cultural Organization)
bertema : “young Global Citizens for a Sustainable Planet” yakni pembangunan
yang berkelanjutan termasuk penyelamatan bumi secara gobal oleh generasi muda
kedepan yang semakin rumit dan menghadapi tantangan lebih besar.
Dengan
demikian, kesimpulan pebangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan memang
sudah menjadi komitmen seluruh negara tanpa terkecuali. Sejalan dengan program
UNEP PBB. Perjuangan bagi negara-negara berkembang harus memiliki persepsi sama
yakni bagaimana mencapai persentase kekayaan dunia itu hanya 19% dengan jumlah
negara lebih besar ? sementara negara-negara maju yang jumlahnya memiliki 81%
kekayaan dunia.
Tentu saja kesenjangan akan tetap terjadi apabila perjuangan kesamaan hak tersebut belum tercapai. Apalagi jika para elit politisi di negara-negara berkembang tersebut masih senang dengan konflik kepentingan masing-masing kelompoknya.(**)
Tentu saja kesenjangan akan tetap terjadi apabila perjuangan kesamaan hak tersebut belum tercapai. Apalagi jika para elit politisi di negara-negara berkembang tersebut masih senang dengan konflik kepentingan masing-masing kelompoknya.(**)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar