Sejarah tidak bisa dilupakan setiap kali datang bulan September
tentu orang akan mengingatnya tentang peristiwa G30S. Kalau Bung Karno
menyebutnya Gestok. Apa itu Gestok ? Gerakan Satu Oktober. Karena menurut Bung Karno
dan dibenarkan oleh Rahmawati Soekarnoputri, gerakan berdarah yang dilakukan
oleh sekelompok serdadu tidak dikenal itu terjadi sekitar pukul 01.15 Wib sampai
subuh pukul 04.00 Wib dini hari sudah masuk tanggal 1 Oktober 1965 makanya
disebut Gestok (Gerakan Satu Oktober).
Gerakan
Satu Oktober itu telah menewaskan sedikitnya 7 Jenderal termasuk Jenderal Ahmad
Yani, Menteri Panglima Angkatan Darat (Menpangad) waktu itu. Presiden Soekarno
menangis tersedu-sedu ketika melayat dalam upacara pemakaman Jenazah Tujuh
Pahlawan Revolusi itu akibat pembunuhan sadis tak berkemanusiaan oleh serdadu
tak dikenal. Kemudian Bung Karno menaikkan pangkat setingkat kepada semua
korban dengan gelar Tujuh Pahlawan Revolusi Anumerta (Anugerah Mempertahankan
Tanah Air).
Menurut
saksi sejarah Rahmawati Soekarnoputri merupakan anak ketiga pasangan Soekarno –
Fatrmawati bahwa yang benar peristiwa sejarah pahit berdarah itu adalah Gestok
atau Gerakan Satu Oktober bukan G30 S.
Karena menurut Rahmawati pada tanggal 30 September 1965
itu Presiden Soekarno masih menyampaikan pidato acara di Convension Hall
Jakarta sekitar jam 21.00 Wib. Berarti malam dan belum kejadian apa-apa, kenapa
Pemerintahan Pak Harto menyebutnya dengan G30 S.
Belakangan baru terbuka bahwa rentetan G30 S itu adalah
Kudeta Militer ekstrem yang tidak didukung oleh seluruh militer dan rakyat.
Makanya Presiden Soekarno bertahan sampai 1967. Tapi Bung Karno tidak melakukan
“Pembersihan” di Kabinet dan institusi militer sehingga kelompok ekstrem yang
waktu itu disebut Kontra Revolusi bebas bermanuver politik.
Pidato Presiden Soekarno pada 17 Agustus 1966 berjudul
“JAS MERAH” dan Pidato 17 Agustus 1967 berjudul Nawaksara di tolak MPRS yang
sudah dikuasai kelompok ekstrem kontra revolusi. Bung Karno dipenjarakan oleh Pjs Presiden Soeharto di
Wisma Yaso sampai meninggal tanggal 21 Juni 1970 tanpa peradilan hukum.
Parahnya lagi dalam catatan sejarah selama pemerinta Orde Baru pimpinan
Jenderal Soeharto hampir terhapus nama Sang Proklamator Soekarno – Hatta. Dan lucunya lagi sejarahwan
Anhar Gonggong yang mengkritik “Kejahatan Politik” Orde Baru itu justru
dipenjarakan pula. Segenggam kekuasaan
lebih berarti dari pada sekeranjang kebenaran kata filsof Plato. **( Yudhi Harsoyo)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar