Siswa Samosir Pulang Sekolah Bertenun Ulos
¤ Untuk Kebutuhan Keluarga Dan Sekolah
Keturunan merupakan sangat berharga bagi orang batak termasuk untuk menyekolahkannya sampai ketingkat perguruan tinggi, karena peribahasa orang Batak mengatakan anakhonhi do hamoraon di au yang artinya anak saya adalah harta yang paling berharga bagiku makanya sesulit apapun yang dialami orang batak tidak pernah apatis kalau berbicara tentang pendidikan.
Jangan ngaku pernah ke Samosir jika belum pernah ke Huta Raja, Desa Lumban Suhi-suhi Toruan, Kecamatan Pangururan. Sebab, kampung ini adalah salah satu penghasil ulos Batak terbesar di pulau berjuluk Negeri Indah Kepingan Surga tersebut.
Maklum, tak hanya kaum ibu, tapi anak-anak perempuan yang masih berusia belasan tahun juga sudah menjadi penenun ulos di desa ini.Lokasi Huta Raja persis di pinggir jalan lintas Pangururan-Tomok. Hanya berjarak sekira 20 menit dari Kota Pangururan jika mengendarai sepeda motor.
Sesampainya wartawan di huta ini,sudah disajikan dengan pemandangan ibu-ibu yang sedang bertenun di depan rumah masing-masing.Sambil ngobrol dengan rekan-rekannya sesama penenun ulos, mereka duduk di belakang alat tenun tradisionalnya. Jemari mereka tampak cekatan menganyam benang yang sekilas terlihat seperti kusut.
Seorang ibu bertenun ulos di depan rumahnya di Huta Raja/simon siregar. Uniknya, para ibu-ibu penenun ini adalah orang yang datang dari luar Huta Raja. Mereka tinggal di kampung itu karena ikut suami yang memang lahir dan besar di situ.Waktu gadis aku nggak tau bertenun, setelah menikah dan ikut suami ke sini, baru mulai belajar bertenun, ujar Boru Simarmata kepada wartawan .
Dari kebiasaan bertenun para ibu-ibu inilah, Huta Raja dikenal sebagai salah satu wisata budaya di Samosir yang dapat membantu perekonomian warganya. Bagaimana caranya? Setelah melihat dan banyak bertanya tentang proses menenun ulos, para wisatawan pun biasanya membeli kain khas Batak tersebut. Biasanya para penenun akan menawarkan ulosnya mulai dari harga Rp 500 ribu hingga Rp 1 juta.
Semua tergantung jenis dan tingkat kesulitan pembuatannya.Karena keterampilan bertenun ini juga diwariskan ke anak-anak perempuan mereka, produksi ulos tenun di Huta Raja terbilang cukup banyak.Memang tidak semua anak perempuan di Huta Raja mahir bertenun. Sebab tidak semua punya kemauan. Biasanya mereka yang mau belajar didorong faktor ekonomi.
Lalu, uangnya untuk apa? VDengan bertenun, anak-anak yang masih sekolah ini bisa mendapat uang tambahan untuk ongkos atau jajan. Misalnya Monica Boru Situmorang yang masih berusia 13 tahun. Siswi kelas 1 SMP ini sudah berlajar bertenun sejak masih kelas 5 SD.Tak jarang, ia bahkan turut menerima pesanan pelanggan.
Biar ada nambah-nambah ongkos ke sekolah. Soalnya ke sekolah harus naik angkot, ujarnya sembari asyik mengayam benang-benang halus di halaman rumahnya. Monica boru Situmorang bertenun ulos sepulang sekolah. Monica biasanya hanya bisa menuntaskan 1 ulos dalam 2 pekan.
Maklum, ia hanya bisa bertenun sepulang sekolah.Paling kalau sudah sekolah baru bisa bertenun, lanjutnya. Tidak hanya Monica, anak-anak lain juga sudah banyak yang mahir bertenun di sini. ( MS-red/bg )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar