Budaya Tempe Menuju UNESCO, Kementerian Kebudayaan menggelar Seminar Budaya Tempe Goes to UNESCO sebagai langkah strategis menjadikan tempe simbol diplomasi budaya, kesehatan global, dan penguatan ekonomi kreatif nasional.
Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia menyelenggarakan Seminar Budaya Tempe Goes to UNESCO bertajuk “Tempe: Dari Kearifan Lokal Menjadi Sajian Global” di Jakarta, Jumat (1912/2025).
Seminar dibuka Wakil Menteri Kebudayaan Giring Ganesha Djumaryo, menegaskan komitmen pemerintah memperjuangkan tempe sebagai warisan budaya tak benda dunia melalui jalur diplomasi budaya berkelanjutan.
Giring menyampaikan, pengalaman Indonesia mengusung keris, batik, kebaya, silat, dan noken ke UNESCO membuktikan pengakuan global mampu menghidupkan ekosistem komunitas dan menciptakan nilai ekonomi budaya.
“Ketika budaya diakui dunia, manfaatnya dirasakan langsung UMKM dan masyarakat,” ujar Giring, seraya mencontohkan batik daerah yang kini menjadi identitas nasional sekaligus penggerak ekonomi kreatif.
Ia mengisahkan Desa Beji di Kota Batu, Jawa Timur, yang mampu memproduksi tujuh ton tempe per hari dengan ragam olahan inovatif, mencerminkan kekuatan pengetahuan lokal berbasis komunitas.
Menurut Giring, tren global makanan sehat menjadi momentum emas mengenalkan tempe sebagai pangan bergizi tinggi, ramah lingkungan, fleksibel diolah, dan relevan dengan gaya hidup dunia modern.
“Tempe bukan hanya lauk tradisional, tetapi bisa masuk pizza, burger, hingga hidangan global lainnya,” ungkapnya, menekankan potensi tempe sebagai identitas kuliner internasional Indonesia.
Direktur Promosi Kebudayaan Kemenbud, Undri SS, menambahkan bahwa promosi tempe bersifat strategis nasional dan global, memperkuat jati diri bangsa sekaligus kontribusi Indonesia bagi peradaban dunia.
Ia menjelaskan, diplomasi kebudayaan diarahkan pada tiga tujuan utama, yakni penguatan identitas nasional, peningkatan apresiasi budaya, serta perluasan peran generasi muda Indonesia di tingkat global.
Undri menegaskan kekayaan budaya dari Sabang sampai Merauke merupakan solusi masa depan, termasuk tempe yang mengandung nilai sosial, ekonomi, kesehatan, dan keberlanjutan lingkungan.
Seminar melibatkan akademisi, komunitas, koperasi produsen tempe, mahasiswa, serta asosiasi pangan nasional, mencerminkan kekompakan ekosistem sebagai syarat utama suksesnya pengajuan UNESCO.
Kementerian Kebudayaan menyebutkan berkas tempe telah masuk daftar usulan UNESCO, dengan harapan memperoleh pengakuan sebagai warisan budaya tak benda dunia pada tahun mendatang.
Melalui diplomasi budaya tempe, Indonesia menegaskan bahwa kearifan lokal mampu menjawab tantangan global sekaligus membuka jalan ekonomi berkelanjutan bagi generasi masa depan.
Reporter Lakalim Adalin
Editor Arianto

































